Kilau Hijau di
Balik Abu-abu
Edo,
Farhan, Gesy, Dirga, dan Eila, suka banget yang namanya berpetualang di alam.
Mereka ini anak kelas 2 SMU yang lagi bandel-bandelnya. Edo, anak mami yang
suka banget modifikasi barang apapun yang dia punya. Farhan, anak kost yang
tiap malam sukanya balap motor dan molor ketika ada jam kelas. Gesy, cewek yang
sukanya jailin teman-temannya dan banyak dikejar-kejar cowok lantaran sering
ngerjain. Dirga, cowok yang satu ini
paling cakep diantara genk iprit dan 17 tahun lamanya nge-jomblo. Yang
terakhir, namanya Eila suka salting kalau ketemu cowok yang ia taksir.
Kali
ini, hari Senin yang cukup cerah tampak mentari tersenyum di ufuk timur.
Seluruh siswa-siswi, guru, dan karyawan SMU Abdi Nusantara, berlalu lalang
mempersiapkan upacara bendera. Tampaknya genk iprit sedang asik menyusun
strategi untuk membolos setelah jam upacara selesai. Tiba-tiba terdengar suara
sepatu, dengan wajah pucatpasi, genk iprit melihat sosok dengan tubuh kecil,
kurus kering, rambut keriting, kumis serta jenggot yang lebat, dengan kacamata
besar menghiasi matanya, serta kulit gelap yang menawan dengan suara yang khas.
“Sedang apa kau?! Cepat kau masuk
barisan!”, kata sosok yang menakjubkan itu.
“Emmmm.. maaa maaf Mr. Roberto,”
kata Farhan.
“Kami hanya sedang merencanakan
sesuatu.”sambung Dirga.
“Sedang merencanakan apo hal, kalian
ni?” Mr. Roberto semakin penasaran.
“Ah, Mr ini kepo deh..” sahut Gesy.
“Iya, kayak anak muda aja, nggak
inget umur ya Sir?” sambar Eila.
“Kurangajar kali kau! Lekas masuk
barisan khusus!” Mr. Roberto semakin marah.
“Alamak Mr. Roberto nanti wajahnya makin tak nampak,
itu sudah terlipat lipat.” Ledek Edo.
“Kau meledek ya! Lekas masuk barisan khusus!”
Mereka
berlima pun lari sambil terbahak-bahak menuju barisan khusus. Meski pagi yang
cerah, genk iprit ini sudah dapat hukuman, meskipun dihukum, mereka tak ada
kapoknya dan selalu tertawa.Beberapa menit kemudian, upacara selesai. Kali ini
genk iprit melaksanakan aksinya…
“E…
eh…, tas lu mana? Udah lengkap nih?” tanya Edo kepada Farhan.
“Udah, ni tas gua. Gesy sama Eila kemana ya?” tambah Farhan.
“Gua hadir nih, udah siap bro…” sahut Gesy dan Eila dari kejauhan.
“Udah lengkap bro.” kata Farhan.
“Dirga mana nih, Dirga..?” tanya Gesy tergesa-gesa.
“Lagi ambil tangga tuh.” Jawab Edo.
Beberapa saat kemudian…
“Lagi ambil tangga tuh.” Jawab Edo.
Beberapa saat kemudian…
“Sssttt…
sssttt.. buru-buru!!” kode Dirga dari dekat pagar.
Merekapun
segera meloloskan diri dari satpam-satpam yang ganas. Akhirnya, aksi mereka
berjalan dengan lancar, dan merekapun bersorak-sorai gembira.
Akhirnya,
tiba juga di tempat tujuan mereka. Fanny dan Damar menyambut kehadiran mereka
berlima. Kegiatan awal yang mereka lakukan adalah mengadakan sosialisasi
penanaman pohon. Kali ini Eila salting lagi nih, lantaran Damar suka merhatiin
Eila, dan Eila pun suka curi-curi pandang ke Damar.
“Kak Damar, apa
rencana kita kedepannya?” tanya Eila kepada Damar dengan gugup
“Rencana apaan La, lu mau ngapain?” tanya Edo dengan penasaran.
“lu mau jadian ma kak Damar? Yang bener aja?” tambah Farhan
“Bener La, kata temen lu?” Damar tak menyangka
“Nggak lah, lu ngigo kali. Maksud gua, rencana kita mengenani sosialisasi ini.” Jawab Eila dengan lantang
“O.. Itu, kirain gua, semua itu bener.” Damar begitu kecewa.
“Oke, kita susun rencana kita.” Suara Fanny mencairkan suasana.
“Rencana apaan La, lu mau ngapain?” tanya Edo dengan penasaran.
“lu mau jadian ma kak Damar? Yang bener aja?” tambah Farhan
“Bener La, kata temen lu?” Damar tak menyangka
“Nggak lah, lu ngigo kali. Maksud gua, rencana kita mengenani sosialisasi ini.” Jawab Eila dengan lantang
“O.. Itu, kirain gua, semua itu bener.” Damar begitu kecewa.
“Oke, kita susun rencana kita.” Suara Fanny mencairkan suasana.
Setelah
beberapa jam kemudian, mereka berlima meluncur menuju rumah masing-masing.
Sepanjang perjalanan pulang, mereka berlima asik bergurau dan ngobrol mengenai
rencana nanti malam.
“Jangan lupa ya,
nanti malem nongkrong di khosan gua!” ucap Farhan tiba-tiba.
“Oke! Jangan lupa lu jemput gua ya, Do?” sahut Gesy sambil memasuki gerbang rumahnya.
“Oke! Jam 7 ya?” jawab Edo.
“Terus gua sama siapa dong?” sambung Eila.
“Yaudah, deh lu sama gua aja.” Sambar Dirga.
“Beneran nih, naik apaan?” tanya Eila.
“Udah deh, itu urusan gua, yang lu butuhin kan cuman dijemput doang.” Jawab Dirga dengan acuh.
“Oke! Jangan lupa lu jemput gua ya, Do?” sahut Gesy sambil memasuki gerbang rumahnya.
“Oke! Jam 7 ya?” jawab Edo.
“Terus gua sama siapa dong?” sambung Eila.
“Yaudah, deh lu sama gua aja.” Sambar Dirga.
“Beneran nih, naik apaan?” tanya Eila.
“Udah deh, itu urusan gua, yang lu butuhin kan cuman dijemput doang.” Jawab Dirga dengan acuh.
Akhirnya, merka berlimapun
berpisah dan berada pada rumah masing-masing. Istirahat, serta mempersiapkan
diri buat nongkrong di khosan Farhan.
Sang raja siangpun mulai
beristirahat dalam singgasananya. Langit gelap bertaburkan bintang dan
berhiaskan bulan, di bawah langit itu lima anak manusia dikelilingi asap dengan
aroma sedap serta kehangatan yang membalut menambah kelezatan rasa pada jagung
yang terpapar di atas bara api.
“Hmmmm.. enak juga
nih jagung bakarnya. Eh itu punya lu gosong tuh.” Ucap Farhan.
“Ehh, yaaaaahh… gosong.” Keluh Edo si anak mami.
“Haha.. jangan mewek dong anak mami sayang, mami nggak punya permen.” Ledek Eila
“Ah.. resek lu!” timpas Edo dengan kesal.
“O.. ya gays, kita mau praktek penanaman pohon di mana nih?” ucap Dirga.
“Di rumah Edo tuh,” sambar Gesy
“Rumah gua? Mami gua gimana? Yang ada bisa jadi nanti disayur.” Tukas Edo
“Hahahah…” Meerekapun tertawa bersama.
“Eh, gimana kalau di sekolah kita aja.” Usul Farhan.
“Lu gile ap?! Yang ada nanti Mr. Brebet-brebet nyincang kita!” tukas Dirga.
“Siapa-siapa? Mr. Brebet-brebet? Siapa tuh?” Tanya Eila dengan kepolosannya.
“Mr. brebet-brebet alias Mr. Roberto.” Jawab Dirga dengan santainya.
“Hahaha… ada-ada aja lu.” Merekapun kembali tertawa.
“Kita nanamnya sekarang aja, malem-malem kan gak ada yang tau.” Sambung Farhan.
“Cakep tuh! Tumben lu jenius, hihihi” ledek Eila.
“Farhan, gitu lho..” Tukas Farhan penuh percaya diri.
“Ehh, yaaaaahh… gosong.” Keluh Edo si anak mami.
“Haha.. jangan mewek dong anak mami sayang, mami nggak punya permen.” Ledek Eila
“Ah.. resek lu!” timpas Edo dengan kesal.
“O.. ya gays, kita mau praktek penanaman pohon di mana nih?” ucap Dirga.
“Di rumah Edo tuh,” sambar Gesy
“Rumah gua? Mami gua gimana? Yang ada bisa jadi nanti disayur.” Tukas Edo
“Hahahah…” Meerekapun tertawa bersama.
“Eh, gimana kalau di sekolah kita aja.” Usul Farhan.
“Lu gile ap?! Yang ada nanti Mr. Brebet-brebet nyincang kita!” tukas Dirga.
“Siapa-siapa? Mr. Brebet-brebet? Siapa tuh?” Tanya Eila dengan kepolosannya.
“Mr. brebet-brebet alias Mr. Roberto.” Jawab Dirga dengan santainya.
“Hahaha… ada-ada aja lu.” Merekapun kembali tertawa.
“Kita nanamnya sekarang aja, malem-malem kan gak ada yang tau.” Sambung Farhan.
“Cakep tuh! Tumben lu jenius, hihihi” ledek Eila.
“Farhan, gitu lho..” Tukas Farhan penuh percaya diri.
Merekapun
mulai sibuk menyiapkan segala peralatan dan pohon yang akan di tanam di
sekolah. Beberapa menit kemudian. Mereka berlima memulai aksinya.Farhan
mengendap-endap ke dalam pintu gerbang terlebih dulu untuk mengecek keadaan
sekolah. Setelah keadaan dirasa aman, Farhan menginstruksi teman-temannya untuk
masuk.
“Sssttt..sssttt aman gays.. kita
mulai dari sini.” Kode Farhan.
“Eh senternya nyalain-nyalain!” perintah Dirga
“Cangkul woi, buruan tuh. Sebelah sini mbel.” Gesy dengan lantangnya menyuruh Edo
“Eh, diem lu bebek ancol.” Sambar Edo dengan esmosi
“Iye, becanda chelez. Eila ambilin pohon yang itu dong!” kata Gesy sambil menunjuk pohon kecil.
Tampak begitu akurnya mereka ini, celotehan mungkin menunjukan rasa sayang di antara mereka berlima. Genk iprit ini nggak pernah ada yang namanya sakit hati, meski sering ada ejekan terlontar disela-sela mereka.
“Eh senternya nyalain-nyalain!” perintah Dirga
“Cangkul woi, buruan tuh. Sebelah sini mbel.” Gesy dengan lantangnya menyuruh Edo
“Eh, diem lu bebek ancol.” Sambar Edo dengan esmosi
“Iye, becanda chelez. Eila ambilin pohon yang itu dong!” kata Gesy sambil menunjuk pohon kecil.
Tampak begitu akurnya mereka ini, celotehan mungkin menunjukan rasa sayang di antara mereka berlima. Genk iprit ini nggak pernah ada yang namanya sakit hati, meski sering ada ejekan terlontar disela-sela mereka.
SMU Abdi Nusantara
heboh dengan adanya beberapa tumbuhan hijau yang berdiri nyentrik di halaman
aula. Genk Iprit ini hanya bisa tersenyum geli melihatnya, mereka bangga akan
hal yang dilakukannya.
“Fantastic guys.” Dirga geleng-geleng kepala.
“Sumpeh, gila bro.” Gesy berdiri tegap tak menyangka akan hal ini.
“Misi selanjutnya….” 5 anak manusia ini serentak melontarkan kata-kata itu.
“Fantastic guys.” Dirga geleng-geleng kepala.
“Sumpeh, gila bro.” Gesy berdiri tegap tak menyangka akan hal ini.
“Misi selanjutnya….” 5 anak manusia ini serentak melontarkan kata-kata itu.
Selama jam pelajaran
berlagsung, seperti biasa Farhan molor…. Sehabis aksi tadi malam di sekolah,
Farhan langsung meluncur ke komunitas balap motor. Kali ini jam pelajaran Mr.
Roberto. Hmmm yaaa mau gimana lagi udah takdir Farhan kena omel beliau.
“Farhan!!! Keluar kau!” bentak Mr. Roberto.
“Hmmm… yaa yaaaa…” ucap Farhan sembari meninggalkan kelas.
Dengan santainya Farhan keluar kelas tanpa pamit kepada Mr. Roberto. Tapi, ke empat temennya sudah tau kelakuan Farhan, pasti dia menuju UKS nglanjutin aksinya.. MOLOORRR!!!!
“Farhan!!! Keluar kau!” bentak Mr. Roberto.
“Hmmm… yaa yaaaa…” ucap Farhan sembari meninggalkan kelas.
Dengan santainya Farhan keluar kelas tanpa pamit kepada Mr. Roberto. Tapi, ke empat temennya sudah tau kelakuan Farhan, pasti dia menuju UKS nglanjutin aksinya.. MOLOORRR!!!!
Mereka anggap semua
ini nggak ada yang salah, dan dalam tahap belajar. Yaa memang semua ini serba
kebu-abuan. Becanda ria ditemani asap rokok mematikan yang berhamburan di
udara. Mereka benar-benar genk yang nakal,tolol,gokil, dan apa adanya. Sudah
tertera jelas di bungkus rokok bahwa rok0ok mematikan, tapi prinsip mereka mati
rasa tanpa adanya rokok kecuali Gesy dan Eila.
“Gila lu, dasar ayam” Sindir Gesy pada Farhan
“Gini nih, disaat lu bertiga enaknya nikmatin rokok kita bisanya nonoton dan membatin.”Eila pun kesal
“kenapa? Gua nggak pernah minta beliin rokok.” Sambar Edo ketus
“Udah deh. Kita bikin permainan.” Tiba-tiba gesy serius.
“Dimana lu bertiga kalah, lu semua harus berhenti ngrokok. Oke!” Gesy menantang semua.
“Oke! Siapa takut.” Edo dan Farhan serentak
“Main apaan?” Dirga pun angkat bicara
“Adadeh, liat aja besok.” Jawab Gesy sambil senyum-senyum
“Gila lu, dasar ayam” Sindir Gesy pada Farhan
“Gini nih, disaat lu bertiga enaknya nikmatin rokok kita bisanya nonoton dan membatin.”Eila pun kesal
“kenapa? Gua nggak pernah minta beliin rokok.” Sambar Edo ketus
“Udah deh. Kita bikin permainan.” Tiba-tiba gesy serius.
“Dimana lu bertiga kalah, lu semua harus berhenti ngrokok. Oke!” Gesy menantang semua.
“Oke! Siapa takut.” Edo dan Farhan serentak
“Main apaan?” Dirga pun angkat bicara
“Adadeh, liat aja besok.” Jawab Gesy sambil senyum-senyum
Hari
Minggu pertempuran berlangsung, dimana genk iprit sudah menyepakati hukuman
bagi yang kalah. Cewek vs cowok, mungkin mustahil tapi kali ini beneran… Lomba
makan cabe plus pare pahit, rasanya maknyussss. Gila ni ide Gesy, busyet……
Waktu terus berputar dan akhirnya mereka melewati masa-masa yang bikin hati dan
perasaan panas, pedes, ditambah pahit. Mereka bertiga menepati janjinya untuk
tidak merokok lagi. Syukur deh….. Tapi ni yang belum tobat ya kebiasaan
membolos.
Membolos untuk
kesekian kalinya, nggak ada kapok-kapoknya nih genk iprit. Yaa mungkin bagi
mereka semuannya itu pembelajaran, belajar bolos dan belajar cari pengalaman
dari hukuman.
“Kali ini kita harus tunjukin sama Mr.Semprul” Ciezzz api semangat dirga membara nih
“Maksud lu?” Eila bingung dengan dirga yang tiba-tiba antusias
“Kita harus wujudkan rencana kita, SMU tercinta ini harus jadi green school.” Dirga makin semangat.
“Kita langsung aja beli catnya.” Ujar edo
“Eh lu bebek air, bukan itu bego.” Celetuk farhan
“Benerkan kata Edo SMU kita mau ganti cat warna ijo biar green school” timpal Eila
“Gila kalian semua jenius, gua nggak abis pikir ma otak kecil lu” Dirga pun tak menyangka.
“Udah, pokoknya lu harus lakuin apa yang gua minta!” sambung Dirga.
“Jadi, kita semua jadi pembokat lu nih?!” sambar Gesy.
“Bukan, tapi partner gua. Oke!!!”Dirga memperjelas
“Okeeee!!!” semua serentak
“Kali ini kita harus tunjukin sama Mr.Semprul” Ciezzz api semangat dirga membara nih
“Maksud lu?” Eila bingung dengan dirga yang tiba-tiba antusias
“Kita harus wujudkan rencana kita, SMU tercinta ini harus jadi green school.” Dirga makin semangat.
“Kita langsung aja beli catnya.” Ujar edo
“Eh lu bebek air, bukan itu bego.” Celetuk farhan
“Benerkan kata Edo SMU kita mau ganti cat warna ijo biar green school” timpal Eila
“Gila kalian semua jenius, gua nggak abis pikir ma otak kecil lu” Dirga pun tak menyangka.
“Udah, pokoknya lu harus lakuin apa yang gua minta!” sambung Dirga.
“Jadi, kita semua jadi pembokat lu nih?!” sambar Gesy.
“Bukan, tapi partner gua. Oke!!!”Dirga memperjelas
“Okeeee!!!” semua serentak
Sang Raja siang mulai
menampakkan dirinya. Sinarnya menembus dedaunan SMU Abdi Nusantara. Lingkungan
sekolah tampak bersinar kemilau. Semuanya tampak indah dengan warna hijau yang
menghampar namun bukan warna cat tapi warna hijau karena banyaknya pepohonan.
Beberapa bulan kemudian…
Beberapa bulan kemudian…
SMU
Abdi Nusantara kedangan tamu dan wartawan dari Dinas Pariwisata dan Lingkungan,
mereka terkagum-kagum atas keindahan sekolah SMU Abdi Nusantara. Karena
keindahan, kebersihan, dan lingkungan hijau di kelilingi oleh
tumbuhan-tumbuhan, SMA Abdi Nusantara dinobatkan menjadi green school. Pihak
sekolahpun bangga terhadap genk iprit yang bandel tetapi membuat SMA Abdi
Nusantara menjadi sekolah yang indah dan ramah lingkungan.
“Trimakasih, Edo, Farhan, Eila, Gesy, Dirga. Dibalik kenakalan kalian, ternyata kalian membuat sekolah kita dinobatkan menjadi green school, saya bangga dengan kalian. Maafkan Bapak selama ini galak terhadap kalian.” Ucap Mr. Roberto.
“Trimakasih, Edo, Farhan, Eila, Gesy, Dirga. Dibalik kenakalan kalian, ternyata kalian membuat sekolah kita dinobatkan menjadi green school, saya bangga dengan kalian. Maafkan Bapak selama ini galak terhadap kalian.” Ucap Mr. Roberto.
“Iya Sir, nggak papa, maafin kita juga sudah ngledek Mr dan bandel.”
Tukas Dirga.
Merekapun
bercanda ria dengan Mr. Roberto. Kini, mereka sudah puas karena impian mereka
menjadikan SMU Abdi Nusantara menjadi green school. Tentunya, dengan
pengorbanan yang tidak kecil. Omelan, hukuman, mereka nikmati dengan santai.
Pelajaran, tugas-tugas, mereka tinggalkan demi tercapainya impian mereka.
Sekarang nggak ada yang namanya membolos, karena apapun inovasi dan ide genk
iprit pastinya sekolah mendukung.
By : JAG
Jomblo Anti Galau
Jomblo Anti Galau
kisahnya bagus
BalasHapus