Pasal
Ke-17 UU Keluarga
Oleh
: The Misterius Girl
Liat judulnya aja dah ngeri,
gimana ceritanya. Kayaknya bakal bikin tegang nih, hahaha lebay amat ya.
Langsung aja ke ceritanya. Seorang ibu yang mendidik anaknya dengan cara yang
berbeda dari ibu yang lain. Ibu yang satu ini sayang banget ma anaknya, siapa
dulu anaknya? Gue gitu lho, hehehe. Tapi ini bener, nyokap gue beda dari yang
lain. Beliau mendidik gue dengan cara yang gokil, gue dibebasin untuk mengekspresikan
diri selagi tidak melanggar 100 Pasal UU Keluarga. Lagaknya itu lho, kayak
keluarga hukum, padahal keluarga yang lebih menggandrungi bidang usaha atau
lebih dikenal dengan sebutan bisnis. Dalam 100 pasal itu yang paling tragis banget
ya pasal 17 yang bunyinya “Setiap anak yang masih berpenghuni di rumah ini dan
masih numpang makan di dalam keluarga ini dilarang pacaran” nah pasal ini bikin
gue ngenes banget. Bayangin deh udah 17 tahun ngejomblo? Buset, betah juga ya
gue, nggak nglanggar pasal ini. Tapi jujur sakitnya tuh di sini, hehehe, maklum
gue itu korban zaman alay.
Gue anak pertama di
keluarga ini, dan gue cuma punya satu adik cewek. Diantara anggota keluarga ini,
gue paling deket ma bokap, beliau selalu mengerti, peduli, dan pokoknya beliau
menginspirasi banget. Bokap orangnya pandai dalam hal debat, pintar diskusi,
kritis, tapi kalo ndidik anaknya agak keras, dan ini yang paling gue suka dari
beliau serta temurun ke gue yaitu suka adventure and travelling, suka banget
deh gue ama yang satu ini.
Jadi bisa dibilang
keluarga gue itu ngebebasin anaknya buat mengekspresikan diri asal mematuhi 100
Pasal UU Keluarga. Selain itu kemandirian selalu dipegang teguh, dan gue udah
sering ngalamin pahit manisnya kemandirian. Mulai dari kelas 2 SMP gue mulai
menerjuni dunia penyiaran khususnya penyiar radio, terus kalo di sekolah gue
jualan jajanan, sampai kalo pulang sekolah gue kerja di toko pakaian. Dari sini
ada kebanggaan tersendiri dan pastinya banyak pengalaman yang gue dapat. Meski
ortu gue terbilang cukup mampu untuk membiayai hidup gue. Semua ini semata
hanya untuk mengisi waktu luang gue dan belajar untuk mandiri.
Hal lain yang pernah gue alami di masa lampau
yaitu masa SMP, gue pernah suka sama temen masa kecil tapi gue tutup hal konyol
itu. Kembali lagi ke pasal 17 yang bisa ngejawab alasan mengapa gue sebut hal
itu konyol. Gue lebih suka berteman, bahkan temen-temen gue kerap main ke
rumah. Mereka senang main ke rumah, karena leluasa dan mereka nggak perlu repot
jaga image ataupun sungkan karena
nyokap-bokap gue sibuk kerja. Mereka paling suka masak bareng diterusin makan
bareng, lanjut ngegame ataupun
sekedar ngobrol. Itu sekilas cuplikan episode gue di SMP, beda banget sama yang
sekarang di SMA.
Di sekolah putih abu-abu,
gue belajar menjadi pribadi yang lebih dewasa dan menurut gue mengolah keegoan
itu nomer satu dalam pertemanan. Banyak hal baru yang hadir dalam hidup gue,
apalagi kalo yang namanya cinta bisa mengacaukan pikiran, bahkan lepas kontrol
ini itu. Memang percintaan itu lebih rumit daripada rumus kimia, fisika atau menghitung
banyaknya bintang.
Anggapan gue setelah SMA
semua pasal itu dah nggak berlaku, tapi tetap aja gue masih numpang makan di
rumah ortu. Teman yang sekarang mengisi hari-hari gue begitu kompleks, dan gue
bisa belajar dari sini, yang pasti gue bisa mempelajari arti sebuah rasa yang
berhak diberikan ke oranglain. Mempelajari hal yang mungkin lebih rumit dari
apapun, tapi gue tetap berusaha. Mungkin gue bisa pelajari sifat permanen yang
ada pada seorang cowok, dan itu berlaku untuk orang yang ada pada masa kecil
gue yang pernah dianggap konyol dan sekarang gue jadi kagum dengan kekonyolan
itu.
Dari survey yang gue dapati, dia tergolong penganut kumpulan orang
bersifat dingin, cuek, dan tak ingin melihat masa lalu. Tapi dari sifat dingin
itu yang telah hadir di tengah perjalan gue di gurun pasir adalah sebuah hal
yang menjadikan gue kangen dia. Bisa ditarik kesimpulan dari beberapa perumusan
masalah, gue bukan hanya sayang dia tapi kini telah hadir bulir-bulir cinta
yang menyegarkan.
Hingga suatu hari, setelah
raja malam mulai tampakkan kehadirannya ditemani prajurit langit malam yang
berkilauan, reunian teman masa kecil ramaikan rumah gue di malam itu. Kita
semua berkumpul dan bercanda ria, tapi ada sosok yang kian tak kunjung datang.
Seiring bergulirnya waktu akhirnya dia muncul juga. Seneng banget rasanya
ngeliat dia tersenyum ketika berjabat tangan dengan nyokap gue disusul jabat
tangan juga ma gue. Disela-sela acara reunian, gue sempat berencana untuk
berkunjung ke rumah salah satu guru kami. Rencana itupun terlaksana, karena dia
nggak mau pake helm akhirnya helmnya dititipin ke gue dan langsung gue taruh di
kamar. Satu hal yang bener-bener bikin gue dag-dig-dug, saat keberangkatan gue
dan temen-temen yang disaksikan nyokap bikin gue serasa lagi duduk di meja
hijau sebagai tersangka, hal itu terjadi karena gue digonceng dia.
Bulan dan bintang
menyaksikan kami yang begitu solid dari kecil, dan di bawah langit yang indah
malam itu gue dan dia seakan sedang merangkai sebuah lirik lagu yang
mengagumkan. Dulu mungkin diantara kita berdua tak ada sepatah katapun yang
terlontar saat kita bersama, tapi kini rekor ngobrol denganya tercapai. Semua
itu bener-bener nggak gue sangka, dan apapun yang kita bicarakan tampak begitu penting dan
berarti. Hingga gue nggak mau melewatkan satu katapun yang terucap dari.
Tawanya yang muncul ketika gue merespon omongannya, begitu mencairkan sifat
dinginnya itu. Pokok pembicaraan dan cara ngomongnya dia sangat berkualitas dan
itu belum pernah gue temuin dalam proses inventigasi
yang udah gue lakuin.
Saran dari dia yang
memberikan sebuah jalan cahaya bagi gue, cara dia menyikapi sebuah masalah, dan
cara dia yang hangat dalam merespon apapun yang gue katakan padanya ataupun
kepada orang lain. Kalo kayak gini caranya pembelajaran gue mentok di masa
kepompong yang gue anggap konyol dan mulai menampakkan indah sayapnya di masa
kini.
Pasal 17
UU keluarga sadarkan gue dari hasil pembelajaran kali ini, masih banyak hal
yang belum gue pelajari dan lebih penting dari pembelajaran arti rasa yang menyangkut
hati. Karena pasal itu, gue putusin untuk tetap jomblo meski sudah gue capai
rekor jomblo seventeen longlast. Bayangan tentangnya yang selalu hadir dalam
hidup gue hingga sekarang tetap menjadi sebuah sejarah dalam hidup gue yang
selalu ada dalam memori.
makasih, bisa menginspirasi.
BalasHapus