Selasa, 03 November 2015

cerpen remaja dan keluarga



Pasal Ke-17 UU Keluarga
Oleh : The Misterius Girl
Liat judulnya aja dah ngeri, gimana ceritanya. Kayaknya bakal bikin tegang nih, hahaha lebay amat ya. Langsung aja ke ceritanya. Seorang ibu yang mendidik anaknya dengan cara yang berbeda dari ibu yang lain. Ibu yang satu ini sayang banget ma anaknya, siapa dulu anaknya? Gue gitu lho, hehehe. Tapi ini bener, nyokap gue beda dari yang lain. Beliau mendidik gue dengan cara yang gokil, gue dibebasin untuk mengekspresikan diri selagi tidak melanggar 100 Pasal UU Keluarga. Lagaknya itu lho, kayak keluarga hukum, padahal keluarga yang lebih menggandrungi bidang usaha atau lebih dikenal dengan sebutan bisnis. Dalam 100 pasal itu yang paling tragis banget ya pasal 17 yang bunyinya “Setiap anak yang masih berpenghuni di rumah ini dan masih numpang makan di dalam keluarga ini dilarang pacaran” nah pasal ini bikin gue ngenes banget. Bayangin deh udah 17 tahun ngejomblo? Buset, betah juga ya gue, nggak nglanggar pasal ini. Tapi jujur sakitnya tuh di sini, hehehe, maklum gue itu korban zaman alay.
Gue anak pertama di keluarga ini, dan gue cuma punya satu adik cewek. Diantara anggota keluarga ini, gue paling deket ma bokap, beliau selalu mengerti, peduli, dan pokoknya beliau menginspirasi banget. Bokap orangnya pandai dalam hal debat, pintar diskusi, kritis, tapi kalo ndidik anaknya agak keras, dan ini yang paling gue suka dari beliau serta temurun ke gue yaitu suka adventure and travelling, suka banget deh gue ama yang satu ini.
Jadi bisa dibilang keluarga gue itu ngebebasin anaknya buat mengekspresikan diri asal mematuhi 100 Pasal UU Keluarga. Selain itu kemandirian selalu dipegang teguh, dan gue udah sering ngalamin pahit manisnya kemandirian. Mulai dari kelas 2 SMP gue mulai menerjuni dunia penyiaran khususnya penyiar radio, terus kalo di sekolah gue jualan jajanan, sampai kalo pulang sekolah gue kerja di toko pakaian. Dari sini ada kebanggaan tersendiri dan pastinya banyak pengalaman yang gue dapat. Meski ortu gue terbilang cukup mampu untuk membiayai hidup gue. Semua ini semata hanya untuk mengisi waktu luang gue dan belajar untuk mandiri.
Hal  lain yang pernah gue alami di masa lampau yaitu masa SMP, gue pernah suka sama temen masa kecil tapi gue tutup hal konyol itu. Kembali lagi ke pasal 17 yang bisa ngejawab alasan mengapa gue sebut hal itu konyol. Gue lebih suka berteman, bahkan temen-temen gue kerap main ke rumah. Mereka senang main ke rumah, karena leluasa dan mereka nggak perlu repot jaga image ataupun sungkan karena nyokap-bokap gue sibuk kerja. Mereka paling suka masak bareng diterusin makan bareng, lanjut ngegame ataupun sekedar ngobrol. Itu sekilas cuplikan episode gue di SMP, beda banget sama yang sekarang di SMA.
Di sekolah putih abu-abu, gue belajar menjadi pribadi yang lebih dewasa dan menurut gue mengolah keegoan itu nomer satu dalam pertemanan. Banyak hal baru yang hadir dalam hidup gue, apalagi kalo yang namanya cinta bisa mengacaukan pikiran, bahkan lepas kontrol ini itu. Memang percintaan itu lebih rumit daripada rumus kimia, fisika atau menghitung banyaknya bintang.
Anggapan gue setelah SMA semua pasal itu dah nggak berlaku, tapi tetap aja gue masih numpang makan di rumah ortu. Teman yang sekarang mengisi hari-hari gue begitu kompleks, dan gue bisa belajar dari sini, yang pasti gue bisa mempelajari arti sebuah rasa yang berhak diberikan ke oranglain. Mempelajari hal yang mungkin lebih rumit dari apapun, tapi gue tetap berusaha. Mungkin gue bisa pelajari sifat permanen yang ada pada seorang cowok, dan itu berlaku untuk orang yang ada pada masa kecil gue yang pernah dianggap konyol dan sekarang gue jadi kagum dengan kekonyolan itu.
Dari survey yang gue dapati, dia tergolong penganut kumpulan orang bersifat dingin, cuek, dan tak ingin melihat masa lalu. Tapi dari sifat dingin itu yang telah hadir di tengah perjalan gue di gurun pasir adalah sebuah hal yang menjadikan gue kangen dia. Bisa ditarik kesimpulan dari beberapa perumusan masalah, gue bukan hanya sayang dia tapi kini telah hadir bulir-bulir cinta yang menyegarkan.
Hingga suatu hari, setelah raja malam mulai tampakkan kehadirannya ditemani prajurit langit malam yang berkilauan, reunian teman masa kecil ramaikan rumah gue di malam itu. Kita semua berkumpul dan bercanda ria, tapi ada sosok yang kian tak kunjung datang. Seiring bergulirnya waktu akhirnya dia muncul juga. Seneng banget rasanya ngeliat dia tersenyum ketika berjabat tangan dengan nyokap gue disusul jabat tangan juga ma gue. Disela-sela acara reunian, gue sempat berencana untuk berkunjung ke rumah salah satu guru kami. Rencana itupun terlaksana, karena dia nggak mau pake helm akhirnya helmnya dititipin ke gue dan langsung gue taruh di kamar. Satu hal yang bener-bener bikin gue dag-dig-dug, saat keberangkatan gue dan temen-temen yang disaksikan nyokap bikin gue serasa lagi duduk di meja hijau sebagai tersangka, hal itu terjadi karena gue digonceng dia.
Bulan dan bintang menyaksikan kami yang begitu solid dari kecil, dan di bawah langit yang indah malam itu gue dan dia seakan sedang merangkai sebuah lirik lagu yang mengagumkan. Dulu mungkin diantara kita berdua tak ada sepatah katapun yang terlontar saat kita bersama, tapi kini rekor ngobrol denganya tercapai. Semua itu bener-bener nggak gue sangka, dan apapun yang  kita bicarakan tampak begitu penting dan berarti. Hingga gue nggak mau melewatkan satu katapun yang terucap dari. Tawanya yang muncul ketika gue merespon omongannya, begitu mencairkan sifat dinginnya itu. Pokok pembicaraan dan cara ngomongnya dia sangat berkualitas dan itu belum pernah gue temuin dalam proses inventigasi yang udah gue lakuin.
Saran dari dia yang memberikan sebuah jalan cahaya bagi gue, cara dia menyikapi sebuah masalah, dan cara dia yang hangat dalam merespon apapun yang gue katakan padanya ataupun kepada orang lain. Kalo kayak gini caranya pembelajaran gue mentok di masa kepompong yang gue anggap konyol dan mulai menampakkan indah sayapnya di masa kini.
Pasal 17 UU keluarga sadarkan gue dari hasil pembelajaran kali ini, masih banyak hal yang belum gue pelajari dan lebih penting dari pembelajaran arti rasa yang menyangkut hati. Karena pasal itu, gue putusin untuk tetap jomblo meski sudah gue capai rekor jomblo seventeen longlast. Bayangan tentangnya yang selalu hadir dalam hidup gue hingga sekarang tetap menjadi sebuah sejarah dalam hidup gue yang selalu ada dalam memori.

1 komentar: